Kisah Perjalanan Hijrah Gadis-Gadis Eropa Menuju Daulah Islamiyyah
Tsarnaev untuk Al-Mustaqbal Channel
Jihad Syam telah mengukir sejarah
perjalanan panjang para pejuang melawan kebatilan. Dimana ada banyak
kisah dari para perindu surga yang menginginkan hidup di bumi yang penuh
berkah, bumi Syam. Mereka adalah orang-orang pilihan untuk ikut dalam
peran memperjuangkan agama dan kemanusiaan.
Takjub ketika orang-orang pilihan itu
telah melakukan transaksi jual beli dengan Rabb-nya, dan mereka yakin
Rabb-nya tidak akan merugikannya sedikitpun. Merekalah para Mujahidin
dan Mujahidah, merekalah yang akan memimpin dunia atas izin Allah yang
Maha penguasa langit dan bumi.
Akan datang suatu zaman, dimana kaum
muslimin menjadi raja-raja dan para penguasa yang dicintai oleh
orang-orang yang beriman dan ditakuti serta
disegani oleh musuh-musuh Islam dan musuh-musuh kaum muslimin,
merekalah mujahidin yang mengorbankan jiwa dan hartanya hanya untuk
menggapai keridhoan Rabb-nya.
Kisah Para Wanita Yang Hijrah Ke Daulah Islamiyyah
Bumi Syam, bumi yang dijanjikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadi
daya tarik bagi para “wisatawan” mancanegara, tidak hanya untuk
laki-laki beriman, namun para wanita shalihah pun ikut menjadi pengukir
sejarah perjalanan jihad di bumi Syam.
Sekitar 63 wanita Inggris telah berhasil
menapakkan kakinya di medan ribath, masing-masing mereka mempunyai
kisah perjalanannya. Mereka adalah wanita pilihan Allah, menjadi pemeran
kisah peperangan akhir zaman.
Prancis tercatat sebagai negara yang
paling banyak mencetak muhajirin dan muhajirah. Lebih dari 1000 warganya
berbondong-bondong menuju Syam, tak ketinggalan para istri dan para
wanitanya.
Begitupun Jerman, Belanda, Belgia, Denmark, Austria dan Bosnia disana tercatat banyak mujahidin pemberani yang telah Allah pilih sebagai singa-singa Islam.
Kisah Zahra Halane Dan Saudara Kembarnya
Zahra Halane, seorang gadis berusia 16
tahun, ketika itu dia sedang berpose dengan AK-47, sebuah pisau, dan
sebuah granat. Bendera Ar-Rayyah menghiasi dinding dibelakangnya.
Banyak orang yang mengatakan, dia telah
menyia-nyiakan hidupnya dengan pergi ke Syam, dia telah mengkhianati
masa mudanya. Namun, tekad sudah bulat, dia harus hijrah meninggalkan
negerinya yang damai, di Manchester
Inggris. Biarlah orang lain berkata apa, namun kecintaannya kepada
Rabb-nya lebih besar dibanding kehidupan yang melenakannya di negerinya.
Dia pergi bersama saudara kembarnya,
Salma pada tanggal 26 juni 2014. Dua gadis kembar berdarah Somalia pergi
meninggalkan keluarganya yang tercinta. Ayahnya meminta mereka untuk
pulang, namun mereka mencoba meyakinkan sang ayah agar mengizinkan dia
dan Salma untuk menyusul kakak laki-lakinya yang lebih dulu berangkat
berjihad.
Tibalah mereka di bumi Syam, tempat
berkumpul orang-orang shalih. Bersusah payah mereka menyebrang dari
Turki, menempuh setapak demi setapak menuju perbatasan. Alhamdulillah,
Mereka menapakkan kakinya di Ibu Kota Daulah Islamiyyah, Raqqah. Kini
Zahra masuk ke kesatuan brigade Muslimah Al-Khansaa yang berbasis di
Raqqa.
Kisah Persahabatan Samra Kesinovic dan Sabina Selimovic
Austri yang indah, penuh dengan tempat
wisata menarik, negara yang ekonominya cukup maju. Dan disana lahir
bibit-bibit para pejuang Islam. 14 orang perempuan diketahui telah
hijrah ke Daulah Islamiyah. Diantara mereka adalah Samra Kesinovic dan
Sabina Selimovic, dua orang gadis cantik berusia 16 tahun.
Dihari yang cerah pada bulan april 2014
dua anak gadis melakukan perjalanan ke Turki secara diam-diam. Disaat
itu tidak lagi mereka memikirkan bahaya apa yang menghadang mereka saat
diperjalanan. Yang ada hanyalah tekad baja untuk berjuang menapakkan
kaki di bumi Syam.
Dua orang yang bersahabat di negara
asalnya, dan mereka melanjutkan persahabatan mereka di bumi jihad, Insha
Allah mereka akan bersahabat diakhirat kelak.
Samra Kesinovic, yang masih sekolah di
Senior High School di Winna tidak disangka akan berangkat ke Suriah
bersama sahabatnya. Dia seorang muallaf yang mulai menutup auratnya. Dia
pernah diketahui menulis di dinding sekolah dengan kata, “I Love
Al-Qaeda”.
Samra telah tergugah hatinya untuk ikut
Perang Suci bersama para muhajirah lainnya, karena sejak dia mengerti
Islam sejak itu pula dia sangat mencintai jihad. Kini mereka telah
menikah dengan mujahidin Daulah Islamiyah, dikabarkan bahwa diantara
mereka sudah ada yang hamil, dan Insha Allah akan melahirkan generasi
mujahid.
Kisah Aqsa Mahmood, Si Gadis Cantik Yang Meninggalkan Kemewahannya
Tidak disangka seorang wanita yang
dahulu memiliki pemikiran liberal dan moderat kini menjadi militan dan
menjadi seorang mujahidah. Dia adalah Aqsa Mahmood, seorang gadis
berusia 20 tahun asal Skotlandia yang menikah dengan Mujahidin Daulah
Islamiyah asal Chechnya.
Aqsaa yang juga dikenal dengan Ummu
Laits adalah anak dari seorang pebisnis kaya raya di Glasgow,
Skonlandia. Dia meninggalkan kuliah dan karirnya yang cemerlang hanya
untuk menempuh perjalanan terjal jihad Syam.
Gadis yang menjadi incaran para lelaki
di universitas yang dia jalani tidak membuatnya terlena. Hatinya hanya
untuk laki-laki yang memperjuangkan agamanya, dan dia telah menikah
dengan pria tampan nan gagah dari salah satu mujahidin Daulah Islamiyyah
asal Chechnya.
Gadis belia yang lahir dari keluarga
moderat membuat shock keluarganya, mereka tidak menyangka anak gadisnya
meninggalkan semua impiannya dan memilih pergi ke Suriah. Dia melakukan
perjalanan menuju Turki pada November 2013.
Ibunya yang bernama Khalida Mahmood
mengirim pesan untuknya : “Putriku sayang, kembalilah kerumahmu, aku
merindukanmu begitu pula dengan saudara-saudaramu sangat
merindukanmu…Duhai Putriku, aku mencintaimu.”
Kemudian Aqsaa menjawab,”Tidak ibu,
bagiku inilah jalan hidupku, aku rela menjadi martir untuk agamaku.
Ibuku yang kucintai, ketahuilah, aku akan membawa kalian ke surga,
tunggu aku disana. Pada suatu hari, aku akan melihat kalian di hari
penghakiman.”
Kisah Shannon Conley Dan Impiannya Yang Gagal
Berawal dari Colorado, Amerika Serikat
muncullah seorang gadis berusia 19 tahun yang bercita-cita menjadi
anggota mujahidah Daulah Islamiyyah. Dia sangat menginginkan sisa
hidupnya untuk bertempur bersama para mujahidin.
Tidak nampak batang hidung Shannon
Conley selama beberapa bulan pada sebuah gereja, kemana gerangan dirinya
? ternyata selama itu Shannon telah masuk Islam dan tekun belajar agama
Islam.
Melihat konflik Suriah yang membara,
menjadikan Shannon tergugah hatinya untuk berangkat ke medan jihad. Dia
sangat memimpikan pergi dan berjuang, setidaknya merawat para korban
yang terluka. Shannon juga ingin menikah dengan mujahidin yang kelak
bisa mengajarkannya jihad dan mengajarkannya arti perjuangan.
Didorong dengan tekad yang kuat, Shannon
mencoba untuk mendaftar akademi militer AS. Dia berharap dengan latihan
militer dia bisa menerbangkan pesawat yang suatu hari nanti dia bisa
ajarkan kepada para mujahidin. Pada bulan Februari, ia menghadiri sebuah
kamp pelatihan kaderisasi Angkatan Darat AS di Texas untuk mempelajari
taktik militer AS dan praktek menembak.
Shannon mulai dicurigai, rupanya seorang
pendeta membocorkan rahasia Shannon yang hendak berangkat ke Suriah. Di
bulan maret, Shannon melakukan perjalanan ke Jerman kemudian hendak
menuju Turki. Dan akhirnya di bandara internasional Denver, Jerman,
Shannon ditangkap karena ketahuan mencoba melakukan perjalanan ke
Suriah.
No comments:
Post a Comment