Saturday, May 7, 2011

AL-ISLAM WAL MU'MIN

Ditulis oleh : Abu Alwy
Serun "Hai orang-orang yang beriman" merupakan satu pertanda bahwa bukan hanya ke-Islaman yang akan nilai oleh Alloh SWT, tetapi yang terpenting adalah aqidah dia atau keimanan dia. Ketika kita bersyahadat mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Utusan-Nya, maka sudah sewajarnya Allah SWT meminta janji yang diucapkan serta keyakinan (keimanan) yang akan diuji.
Puncak Ujian yang tertinggi yang Allah SWT kehendaki adalah berjihad fii sabilillah sebagaimana di dalam Surat At-taubah ayat 23-24 yang intinya seruan kepada kita selaku orang yang beriman untuk tidak menjadikan bapa-bapa dan saudara-saudara kita sebagai pemimpin jikalau mereka lebih mengutamakan kekafiran di atas keimanannya, bahkan jika kita memilih mereka pada posisi tersebut Allah menggolongkan diri kita menjadi orang-orang yang zalim.
Makna kata Zalim dalam Qur'an Surat Al-Maidah ayat 44,45,47 dirangkai dengan kata kafir dan fasiq yang berujung pada perbuatan "Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan oleh Allah SWT".
Kemudian Allah SWT mempertegas permasalahan yang umum terjadi kepada orang yang beriman pada ayat 24 dari surat Attaubah yakni : "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu,harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang khawatiri kerugiannya,dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggullah sampai Allah akan mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
Sungguh sangat merugi apabila kita tidak dapat melalui ujian Allah SWT ini. Pada QS Ali Imron 142 Allah berfirman :" Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. Selanjutnya dalam QS Al-Anfal ayat 5 dan 6 Allah lebih menegaskan :
"Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya, mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata bahwa mereka pasti menang, seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat sebab-sebab kematian itu".
Jadi kesimpulannya seseorang yang mengaku beriman hendaklah siap siaga dalam keadaan suka atau tidak suka dalam mengemban amanat Allah SWT mendhohirkan hukumullah (syariat Allah) serta membela dienullah dengan harta dan jiwanya dengan penuh keikhlasan karena mengharap ridha Allah SWT .

Translate