Sunday, September 1, 2013

WASIAT JIHAD


WASIAT JIHAD
Oleh:
Syaikh Mujahid Abu ‘Umar 
Muhammad bin ‘Abdillah As-Saif

Ketua Mahkamah Tamyiz Tertinggi Chechnya



MUKADDIMAH
Segala puji bagi Alloh, sholat dan salam semoga terlimpah kepada Rosululloh, Amma Ba‘du…
Buku mungil ini berisi keutamaan-keutamaan jihad, sifat-sifat mujahidin, faktor-faktor tercapainya kemenangan, dan nikmat abadi serta kedudukan tinggi di Jannah yang Alloh sediakan bagi para mujahidin dan orang-orang yang mati syahid.
Buku kecil ini ditulis dalam rangka mengobarkan semangat para mujahidin untuk terus berjihad, sekaligus mengingatkan akan bahaya sikap qu‘ud (berpangku tangan) dari jihad dan bahaya cinta dunia.
Semoga sholawat dan salam tercurah selalu kepada Nabi kita, Muhammad, kepada keluarga dan seluruh sahabatnya.




(1) 
BAB: IKHLAS
Alloh Ta‘ala berfirman:

“Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan untuk beribadah kepada Alloh dengan mengikhlaskankan agama untuk-Nya.”



1-
عَنْ عُمَرَ ابْنِ اْلخَطَّابِ a قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ n يَقُوْلُ: «إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلىَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلىَ مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ» رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَمُسْلِم.

1- Dari ‘Umar bin Khothob RA ia berkata: Aku mendengar Rosululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan tergantung niat, dan seseorang hanya memperoleh balasan berdasarkan apa yang ia niatkan; siapa hijrahnya (diniatkan) menuju Alloh dan Rosul-Nya maka hirjahnya itu menuju Alloh dan Rosul-Nya; dan siapa hijrahnya karena dunia yang akan ia raih atau wanita yang akan ia nikahi, maka ia berhijrah kepada apa yang ia tuju.” (HR. Bukhori dan Muslim) [!--more--]

-
وَعَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ a قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ n فَقَالَ: أَرَأَيْتَ رَجُلاً غَزَى يَلْتَمِسُ اْلأَجْرَ وَالذِّكْرَ مَا لَهُ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ n: «لاَ شَيْءَ» فَأَعَادَهَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، قَالَ: يَقُوْلُ رَسُوْلُ اللهِ n: «لاَ شَيْءَ»، ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ اْلعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ» رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ.

2- Dan dari Abu Umamah RA berkata: Ada seorang lelaki datang kepada Rosululloh SAW lalu berkata, “Menurut Anda, bagaimana dengan seseorang yang berperang lantaran ingin mendapatkan imbalan dan ketenaran; apa yang ia dapatkan?” Rosululloh SAW menjawab, “Tidak mendapat apa-apa.” Lelaki itu terus mengulangi pertanyaannya beberapa kali namun Rosululloh SAW tetap mengatakan, “Tidak mendapat apa-apa.” Setelah itu beliau bersabda, “Sesungguhnya Alloh tidak menerima amal selain yang ikhlas dan dalam rangka mencari wajah-Nya.” (HR. Abu Dawud dan Nasai)

-
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَaقَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ n يَقُوْلُ: «إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌُ اُسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهَ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ، فَقَدْ قِيْلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلىَ وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ اْلقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ اْلعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ اْلعِلْمَ لِيُقَالَ عَالمْ،ٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيْلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ اْلمَالِِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا، قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهَ فَسُحِبَ عَلىَ وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقَيَ فِي النَّارِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

3- Dan dari Abu Huroiroh RA ia berkata: Aku mendengar Rosululloh SAW bersabda, “Sesungguhnya manusia pertama yang akan diberi keputusan di hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Ia dipanggil dan diperlihatkan nikmat-nikmat yang pernah diberikan kepadanya dan dia pun mengakuinya.
Alloh berfirman: ‘Apa yang kau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia berkata: ‘Aku berperang karena-Mu hingga aku mati syahid.’ Alloh berfirman: ‘Kamu dusta, tapi kamu berperang supaya dikatakan pemberani dan orang telah mengatakannya.’ Kemudian ia diperintahkan untuk diseret pada wajahnya hingga akhirnya dilempar ke neraka. Kemudian seseorang yang mempelajari dan mengajarkan ilmu serta membaca Al-Quran; ia dipanggil dan diperlihatkan nikmat-nikmat yang pernah diberikan kepadanya dan dia pun mengakuinya. Alloh berfirman: ‘Apa yang telah kau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ ia berkata: ‘Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Quran karena-Mu.’ Alloh berfirman: ‘Kamu dusta, tetapi kamu belajar agar dikatakan sebagai orang alim, kamu membaca Al-Quran agar disebut sebagai Qori’ dan orang telah mengatakannya.’ Kemudian ia diperintahkan untuk diseret pada wajahnya hingga akhirnya dilempar ke neraka. Kemudian seseorang yang Alloh lapangkan keadaannya dan Alloh beri beraneka ragam jenis harta benda; ia dipanggil dan diperlihatkan nikmat-nikmat yang pernah diberikan kepadanya dan ia pun mengakuinya. Alloh berfirman: ‘Apa yang telah kau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ ia berkata: ‘Tidak kubiarkan satu jalan pun yang Engkau suka ada infak di sana melainkan aku berinfak di sana karena-Mu.’ Alloh berfirman: ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu melakukannya agar disebut dermawan dan orang telah mengatakannya.’ Kemudian diperintahkan agar ia diseret pada wajahnya hingga dilempar ke neraka.” (HR. Muslim)

-
وَعَنْ أَبِي مُوْسَىaأَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى النَّبِيَّ n فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اَلرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلْمَغْنَمِ، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُذْكَرَ، وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُرَى مَكَانُهُ، وَفِيْ رِوَايَةٍ: (يُقَاتِلُ شَجَاعَةً، وَيُقَاتِلُ حَمِيَّةً) وَفيِ رِوَايَةٍ: (يُقَاتِلُ غَضَباً فَمَنْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟) فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ n: «مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْياَ فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

4- Dan dari Abu Musa RA, bahwasanya ada seorang arab badui datang menemui Nabi SAW dan berkata: “Wahai Rosululloh, seseorang berperang karena menginginkan ghanimah, seseorang berperang agar dikenang orang, dan seseorang berperang agar kedudukannya terpandang –dalam lain riwayat: berperang karena keberanian semata dan berperang karena fanatisme), dalam lain riwayat: berperang karena marah—siapakah yang disebut berperang di jalan Alloh?” Rosululloh SAW menjawab: “Barangsiapa berperang agar kalimat Alloh menjadi tinggi, maka ia berperang di jalan Alloh.” (Muttafaq ‘Alaih)


(2) 
BAB: TUJUAN PUNCAK JIHAD ADALAH MENINGGIKAN KALIMAT ALLOH 
DAN HUKUM HANYA MILIK 
ALLOH Ta‘ala SEMATA

Alloh Ta‘ala berfirman:

“Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah (kesyirikan) serta agama itu seluruhnya menjadi milik Alloh. Jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Alloh Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.”

5-
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ a أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ n قَالَ: «أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلىَ اللهِ تَعَالىَ» رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

5- Dari ‘Abdulloh bin ‘Umar RA bahwasanya Rosululloh SAW bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi tidak ada ilâh (yang hak) selain Alloh dan Muhammad utusan Alloh, menegakkan sholat dan menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukannya, maka darah dan harta mereka terlindungi dariku, kecuali dengan hak Islam, dan perhitungannya diserahkan kepada Alloh Ta‘ala.” (HR. Bukhori dan Muslim)

-
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ a قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ n: «بُعِثْتُ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ بِالسَّيْفِ حَتىَّ يُعْبَدَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِيْ تَحْتَ ظُلِّ رُمْحِيْ وَجُعِلَ الذُّلُّ وَالصِّغَارُ عَلىَ مَنْ خَالَفَ أَمْرِيْ، وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ» رَوَاهُ أَحْمَد.

6- Dan dari Ibnu ‘Umar RA berkata: Rosululloh SAW bersabda: “Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang sehingga hanya Alloh saja yang diibadahi dan tidak ada lagi sekutu bagi-Nya. Dan dijadikan rezekiku berada di bawah bayang-bayang tombakku dan dijadikan hina dan kecil orang yang menyelisihi urusanku. Dan barangsiapa menyerupai suatu kaum, ia termasuk kaum tersebut.” (HR. Ahmad)


(3) 
BAB: KEWAJIBAN JIHAD
Alloh Ta‘ala berfirman:

“Diwajibkan atas kalian berperang, padahal perang itu sesuatu yang kalian benci. Dan bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal itu baik buat kalian, dan bisa jadi kalian menyukai sesuatu padahal itu buruk bagi kalian. Dan Alloh mengetahui, sementara kalian tidak mengetahui.”

Alloh Ta‘ala berfirman:

“Berangkatlah kamu (berperang) baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan jiwamu di jalan Alloh. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”

-
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ d قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ n: «لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وِنِيَةٌ وِإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوْا» رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

7- Dari Ibnu ‘Abbas RA berkata: Rosululloh SAW bersabda: “Tidak ada lagi hijrah setelah Fathu (Makkah), yang ada tinggallah jihad dan niat. Dan jika kalian diperintahkan berangkat berperang, berangkatlah.” (HR. Bukhori dan Muslim)


(4) 
BAB: KEUTAMAAN JIHAD
Alloh Ta‘ala berfirman:

“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian serta bejihad di jalan Alloh? Mereka tidak sama di sisi Alloh; dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Alloh dengan harta, benda dan jiwa mereka, adalah lebih besar derajatnya di sisi Alloh; dan mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Robb mereka memberi kabar gembira kepada mereka dengan memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhoan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Alloh-lah pahala yang besar.”
.
8- Dari Nu‘man bin Basyir RA berkata: Aku berada di dekat mimbar Rosululloh SAW, tiba-tiba ada seseorang berkata, “Aku tidak peduli, setelah Islam aku tidak mengerjakan amal lain selain memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan hajji.” Ada seseorang lagi yang mengatakan, “Aku tidak peduli, setelah Islam aku tidak mengerjakan amalan lain selain memakmurkan Majidil Haram.” Yang lain berkata, “Jihad di jalan Alloh lebih utama daripada apa yang kalian katakan.” Maka ‘Umar menghardik mereka dan berkata, “Jangan kalian keraskan suara kalian di sisi mimbar Rosululloh SAW di hari Jumat. Nanti setelah selesai sholat Jumat, aku akan menemui beliau di rumahnya dan kumintakan fatwa mengenai perkara yang kalian perselisihkan itu.” Maka Alloh ‘Azza wa Jalla menurunkan: “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian…” (HR. Muslim)

-
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ a قَالَ: سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ n: أَيُّ اْلعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «إِيْمَانٌ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ» قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ «اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ»، قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «حَجٌّ مَبْرُوْرٌ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
.
9- Dan dari Abu Huroiroh RA berkata: Rosululloh SAW pernah ditanya, amal apakah yang paling utama? Beliau menjawab: “Iman kepada Alloh dan Rosul-Nya.” Dikatakan: Kemudian apa lagi? Beliau menjawab: “Jihad di jalan Alloh.” Dikatakan: Kemudian apa lagi? Beliau menjawab: “Haji Mabrur.” (Muttafaq ‘Alaih)


10- Dan dari Ibnu Mas‘ûd RA berkata: Aku berkata: “Wahai Rosululloh, amal apakah yang paling dicintai Alloh Ta‘ala?” beliau menjawab: “Sholat tepat pada waktunya.” Kukatakan: “Kemudian apa?” beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua.” Kukatakan: “Kemudian apa?” beliau menjawab: “Jihad di jalan Alloh.” (Muttafaq ‘Alaih)


11- Dan dari Abu Dzarr RA berkata: Aku berkata: “Wahai Rosululloh, amal apakah yang paling utama?” beliau menjawab: “Iman kepada Alloh dan jihad di jalan-Nya.” (Muttafaq ‘Alaih)

12- Dan dari Abu Huroiroh RA berkata: Dikatakan: “Wahai Rosululloh, apa yang bisa menyamai jihad di jalan Alloh?” beliau menjawab: “Kalian tidak akan sanggup melakukannya.” Para sahabat terus mengulangi pertanyaan itu sebanyak dua atau tiga kali, tetapi semuanya beliau jawab: “Kalian tidak akan sanggup melakukannya.” Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan orang yang berjihad di jalan Alloh itu seperti orang yang berpuasa dan sholat dan selalu patuh dengan ayat-ayat Alloh, ia tidak berhenti puasa dan sholat sampai orang yang berjihad di jalan Alloh itu pulang.” (Muttafaq ‘Alaih, dan ini lafadz Muslim)

Di dalam riwayat Bukhori: Bahwasanya ada seorang lelaki berkata: “Wahai Rosululloh, tunjukkan kepadaku amalan yang menyamai jihad.” Beliau bersabda: “Aku tidak menemukannya.” Setelah itu beliau bersabda, “Mampukah kamu, ketika seorang mujahid berangkat berperang, kamu masuk masjidmu lalu sholat dan tidak berhenti, puasa dan tidak pernah berbuka?” orang itu menjawab: “Siapa yang sanggup melakukannya.”


(5) 
BAB: KEUTAMAAN SEORANG MUJAHID DARI ORANG LAIN
Alloh Ta‘ala berfirman:

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Alloh dengan harta mereka dan jiwanya. Alloh melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Alloh menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Alloh melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (yaitu) beberapa derajat dari-Nya, ampunan serta rahmat, dan Alloh Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”

-
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيِّ aقَالَ: أَتَى رَجُلٌ رَسُوْلَ اللهِ n فَقَالَ: أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «مُؤْمِنٌ يُجَاهِدُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «مُؤْمِنٌ فِيْ شِعْبٍ مِنَ الشِّعَابِ يَعْبُدُ اللهَ وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

13- Dari Abu Sa‘id Al-Khudri RA berkata: Seorang lelaki datang kepada Rosululloh SAW lalu berkata: “Siapakah manusia terbaik?” beliau bersabda: “Orang beriman yang berjihad dengan jiwa dan hartanya di jalan Alloh.” Ia berkata: “Kemudian siapa?” Beliau bersabda: “Orang beriman yang berada di salah satu lembah, ia beribadah kepada Alloh dan meninggalkan manusia lantaran kejahatan mereka.” (Muttafaq ‘Alaih)

Syi‘ib artinya: Jalan di gunung.







(6)
BAB: BAHWA JIHAD TERBAIK ADALAH MENYAMPAIKAN KALIMAT
KEBENARAN DI HADAPAN
PENGUASA LALIM

-
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيِّ a عَنِ النَّبِيِّ n قَالَ: «أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ» رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَ التِّرْمِذِيُّ.
14- Dari Abu Sa‘id Al-Khudri RA dari Nabi SAW bersabda: “Jihad terbaik adalah mengucapkan kalimat kebenaran di hadapan penguasa lalim.” (HR. Abu Dawud dan Tirmizi)


(7)
BAB: TENTANG DERAJAT-DERAJAT MUJAHIDIN DI JANNAH

-
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ a أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ n قَالَ: «إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِئَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللهُ لِلْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءَ وَاْلأَرْضِ» رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ

15- Dari Abu Huroiroh RA bahwasanya Rosululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya di jannah ada seratus derajat yang Alloh sediakan bagi para mujahidin di jalan Alloh, antara dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi.” (HR. Bukhori)


-
وعن أبي سعيد الخدري a أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ n قَالَ: «مَنْ رَضِيَ باِللهِ رَبًّا وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْناً وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ» فَعَجِبَ لَهَا أَبُوْ سَعِيْدٍ، فَقَالَ: أَعِدْهَا عَلَيَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَأَعَادَهَا عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ: «وَأُخْرَى يَرْفَعُ اللهُ بِهَا اْلعَبْدَ مِئَةَ دَرَجَةٍ فِي الْجَنَّةِ، مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ» قَالَ: وَمَا هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: «اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ

16- Dan dari Abu Sa‘id Al-Khudri RA bahwasanya Rosululloh SAW bersabda: “Barangsiapa ridho Alloh sebagai Robb, Islam sebagai Din, dan Muhammad sebagai Rosul, pasti mendapat surga.” Abu Sa‘id merasa heran dengan itu, maka ia berkata: “Tolong ulangi kepada, wahai Rosululloh.” Kemudian beliau mengulangi kepadanya, setelah itu bersabda: “Ada derajat lain, Alloh mengangkat seorang hamba dengan derajat itu sebanyak seratus derajat di Jannah, antara dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi.” Abu Sa‘id bertanya: “Derajat apakah itu wahai Rosululloh?” beliau bersabda: “Jihad di jalan Alloh, jihad di jalan Alloh.” (HR. Muslim)


(8)
BAB: JIHAD ADALAH PUNCAK TERTINGGI ISLAM
- عَنْ مُعَاذٍ بْنِ جَبَلٍ a قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَخْبِرْنِيْ بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِيَ الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ: «لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ عَظِيْمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ عَلَيْهِ، تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ وَتَحُجُّ اْلبَيْتَ» ثُمَّ قَالَ: «أَلاَ أَدُلُّكَ عَلىَ أَبْوَابِ اْلخَيْرِ؟ اَلصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ اْلمَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ» ثُمَّ تَلَا: «تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ اْلمََضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفاً وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ، فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِي لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ» ثُمَّ قَالَ: «أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ اْلأَمْرِ وَعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ؟» قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: «رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ اْلجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ» ثُمَّ قَالَ: «أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟» قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ ثُمَّ قَالَ: «كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا»، قُلْتُ يَا نَبِيَّ اللهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فَقَالَ: «ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ»، أَوْ قَالَ: «عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ» رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

17- Dari Mu‘adz bin Jabal RA berkata: Aku berkata: “Wahai Rosululloh, beritahu aku tentang amalan yang bisa memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.” Beliau bersabda: “Sungguh engkau telah bertanya tentang perkara besar. Tetapi itu benar-benar mudah bagi orang yang Alloh mudahkan; hendaknya engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, menegakkan sholat, menunaikan zakat, puasa di bulan Romadhon, dan berhaji ke Baitulloh.” Kemudian beliau bersabda: “Maukah kutunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Shoum adalah perisai, shodaqoh bisa memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api, dan sholatnya seseorang di tengah malam.” Lalu beliau membaca ayat: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Robbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” Kemudian beliau bersabda: “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang pokok segala urusan, tiang dan puncak tertingginya?” kukatakan: “Mau wahai Rosululloh.” Beliau bersabda: “Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah sholat, dan puncak tertingginya adalah Jihad di jalan Alloh.” Kemudian beliau bersabda: “Maukah kuberitahu kamu tentang kunci semua itu?” Kukatakan: “Mau ya Rosululloh.” Kemudian beliau memegang lidahnya lalu bersabda: “Tahanlah ini.” Aku berkata: “Wahai Nabi Alloh, apakah kita akan dihukum karena ucapan yang kita katakan?” beliau bersabda: “Tsaqilatka ummuka, wahai Mu‘adz. Adalah yang menjadikan manusia tersungkur wajahnya di neraka kalau bukan akibat lisannya.” –atau bersabda—“ kalau bukan akibat lisannya.” (HR. Ahmad, Nasai dan Tirmizi, ia berkata: hadits hasan shohih)
Junnah: Sejenis perisai yang digunakan seseorang sebagai tameng dalam perang, shoum adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat dan dari neraka.
Dzirwatu Sanâmihî: Puncak tertinggi punuk.
Milaaku Dzaalika: Artinya, siapa yang menguasai lidahnya, ia bisa menungasai dan mengontrol urusannya.


(9)
BAB: MENINGGALKAN JIHAD TERMASUK SIFAT ORANG-ORANG MUNAFIK

Alloh Ta‘ala berfirman:

“Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Alloj, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu). Jikalau mereka memperoleh tempat perlindungan atau gua-gua atau lobang-lobang (dalam tanah) niscaya mereka pergi kepadanya dengan secepat-cepatnya.”

Alloh Ta‘ala juga berfirman

“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rosululloh, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh dan mereka berkata: “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah: “Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya),” jika mereka mengetahui. Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.”

-
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ a قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ n: «مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنَ النِّفَاقِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ

18- Dari Abu Huroiroh RA berkata: Rosululloh SAW bersabda: “Barangsiapa mati dan belum pernah berperang, atau membetikkan niat dalam dirinya untuk berperang, maka ia mati di atas salah satu cabang kemunafikan.” (HR. Muslim)


(10)
BAB: BERPANGKU TANGAN DARI JIHAD ADALAH SEBAB DATANGNYA KEHINAAN, KEHANCURAN DAN BERKUASANYA MUSUH

Alloh Ta‘ala berfirman:

“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Alloh: “Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu,” mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Alloh mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.” 

-
عَنِ ابْنِ عُمَرَ a قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ n يَقُوْلُ: «إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِاْلعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ اْلبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ اْلجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ عَنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ» أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُدَ

19- Dari Ibnu ‘Umar RA berkata: Rosululloh SAW bersabda: “Jika kalian berjual beli dengan sistem ‘inah (sejenis riba, penerj.), kalian memegang ekor-ekor sapi, kalian senang dengan cocok tanam, kemudian kalian meninggalkan jihad, Alloh akan timpakan kehinaan kepada kalian yang kehinaan itu tidak akan Dia cabut dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Tirmizi)

-
وَعَنْ أَسْلَمَ أَبِيْ عِمْرَانَ قَالَ غَزَوْناَ مِنَ اْلمَدِيْنَةِ نُرِيْدُ اْلقَسْطَنْطِيْنِيَّةَ وَعَلَى اْلجَمَاعَةِ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنِ خَالِدٍ بْنِ اْلوَلِيْدِ وَالرُّوْمُ مُلْصِقُوْا ظُهُوْرَهُمْ بِحَائِطِ اْلمَدِيْنَةِ فَحَمِلَ رَجُلٌ عَلىَ الْعَدُوِّ فَقَالَ النَّاسُ: مَهْ مَهْ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، يُلْقِيْ بِيَدَيْهِ إِلَى التَّهْلُكَةِ فَقَالَ أَبُوْ أَيُّوْبَ: إِنَّمَا نَزَلَتْ هَذِهِ اْلآيَةُ فِيْنَا مَعْشَرَ اْلأَنْصَارِ لمَاَّ نَصَرَ اللهُ نَبِيَّهُ وَأَظْهَرَ اْلإِسْلاَمَ قُلْنَا: هَلُمَّ نُقِيْمُ فِيْ أَمْوَالِنَا وَنُصْلِحُهَا، فَأَنْزَلَ اللهُ تَعَالَى: «وَأَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَلاَ تُلْقُوْا بِأَيْدِيْكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ» فَاْلإِلْقَاءُ بِاْلأَيْدِيْ إِلىَ التَّهْلُكَةِ أَنْ نُقِيْمَ فِي أَمْوَالِنَا وَنُصْلِحَهَا وَنَدَعَ اْلجِهَادَ.
قَالَ أَبُوْ عِمْرَانَ: فَلَمْ يَزَلْ أَبُوْ أَيُّوْبَ يُجَاهِدُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى دُفِنَ بِاْلقَسْطَنْطِيْنِيَّةِ. رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ.

20- Dan dari Aslam Abu ‘Imron berkata: Kami pernah berangkat bertempur dari Madinah menuju Kostantinopel, dalam pasukan kami ada ‘Abdu `r-Rohman bin Kholid bin Walid, sementara itu tentara Romawi menempelkan punggung-punggung mereka pada benteng kota. Maka ada seorang lelaki yang menerobos musuh. Orang-orang berkata: “Mah, mah La ilaha illalloh, orang ini menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan.” Mendengar itu Abû Ayyub berkata, “Sesungguhnya ayat tentang ini (larangan menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan, penerj.) turun tentang kami, orang-orang Anshor, ketika Alloh menolong Nabi-Nya dan memenangkan Islam, ketika itu kami mengatakan: Mari ketika tinggal di tengah harta benda kita dan kita perbaiki. Maka Alloh Ta‘ala menurunkan: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Alloh, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan…
Jadi, menjatuhkan diri sendiri dalam kebinasaan adalah ketika kami tinggal di tengah harta benda kami dan memperbaikinya, serta meninggalkan jihad.”
Abu ‘Imron berkata: “Abu Ayyub terus berjihad di jalan Alloh hingga akhirnya ia dimakamkan di Kostantinopel.” (HR. Abu Dawud)

-
وَعَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ n: «يُوْشِكُ اْلأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلىَ قَصْعَتِهَا»، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ قُلُوْبِكُمُ اْلوَهْنُ»، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا اْلوَهْنُ؟ قَالَ: «حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَا هِيَةُ الْمَوْتِ» أَخْرَجَهُ أَبُوْ دَاوُدَ.
وَفِيْ رِوَايَةٍ لِأَحْمَدَ: «حُبُّكُمُ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَتُكُمُ الْقِتَالَ».

21- Dan dari Tsauban berkata: Rosululloh SAW bersabda: “Sebentar lagi bangsa-bangsa akan mengeroyok kalian sebagaimana orang-orang makan mengelilingi nampannya.” Ada seseorang bertanya: “Apakah karena sedikitnya jumlah kami ketika itu?” Beliau bersabda: “Bahkan ketika itu kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih lautan. Sungguh Alloh akan mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian terhadap kalian dan Alloh benar-benar akan mencampakkan sifat wahn di dalam hati-hati kalian.” Ada seseorang bertanya: “Wahai Rosululloh, apakah wahn itu?” beliau bersabda: “Cinta dunia dan benci mati.” (Dikeluarkan Abu Dawud)

Dalam riwayat Ahmad: “…kecintaan kalian kepada dunia, dan ketidak sukaan kalian kepada perang.”

-
وَبَعْدَ أَنْ بَايَعَ اْلمُسْلِمُوْنَ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ a بِاْلخِلاَفَةِ تَكَلَّمَ أَبُوْ بَكْرٍ فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ بِالَّذِيْ هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنِّي قَدْ وُلِّيْتُ عَلَيْكُمْ وَلَسْتُ بِخَيْرِكُمْ فَإِنْ أَحْسَنْتُ فَأَعِيْنُوْنِيْ، وَإِنْ أَسَأْتُ فَقَوِّمُوْنِيْ، اَلصِّدْقُ أَمَانَةٌ وَاْلكَذِبُ خِيَانَةٌ، وَالضَّعِيْفُ فِيْكُمْ قَوِيٌّ عِنْدِيْ حَتَّى أُرْجِعَ عَلَيْهِ حَقَّهُ إِنْ شَاءَ اللهُ، وَاْلقَوِيُّ فِيْكُمْ ضَعِيْفٌ حَتَّى آخُذَ اْلحَقَّ مِنْهُ إِنْ شَاءَ اللهُ، لاَ يَدَعُ قَوْمٌ اْلجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ خَذَلَهُمُ اللهُ بِالذُّلِّ، وَلاَ تَشِيْعُ اْلفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ إِلاَّ عَمَّهُمُ اللهُ بِاْلبَلاَءِ، أَطِيْعُوْنِيْ مَا أَطَعْتُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ، فَإِذَا عَصَيْتُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَلاَ طَاعَةَ لِيْ عَلَيْكُمْ» رَوَاهُ ابْنُ إِسْحَاقَ، قَالَ ابْنُ كَثِيْرٍ: وَهَذَا إِسْنَادٌ صَحِيْحٌ.

22- Dan setelah kaum muslimin mengambil sumpah (baiat) dari Abû Bakar Ash-Shiddiq RA untuk menjabat sebagai khalifah, Abû Bakar berpidato. Maka ia memuji Alloh dan menyanjung-Nya sesuai yang pantas bagi-Nya, setelah itu ia berkata:

“Amma ba‘du…wahai umat manusia, aku telah diangkat sebagai pemimpin kalian padahal aku bukanlah yang terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat baik, bantulah aku. Jika aku berbuat buruk, luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah. Dusta adalah pengkhianatan. Orang lemah di antara kalian adalah kuat bagiku sampai aku kembalikan hak yang menjadi miliknya, insyâ Allôh. Orang kuat di antara kalian adalah lemah bagiku, sampai aku mengambil hak yang harus ia tunaikan, insya Alloh. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Alloh melainkan Alloh akan mentelantarkan mereka dengan kehinaan. Dan tidaklah perbuatan seronok merajalela pada suatu kaum melainkan Alloh akan meratakan musibah kepada mereka. Taatilah aku selama aku mentaati Alloh dan Rosul-Nya, jika aku bermaksiat kepada Alloh dan Rosul-Nya maka tidak ada kewajiban taat bagi kalian kepadaku.” (Diriwayatkan oleh Abu Ishaq, Ibnu Katsir berkata: ini isnad-nya shohih)


(11)
BAB: KEWAJIBAN PARA MUJAHIDIN UNTUK BERSATU DAN BAHWA PERPECAHAN ADALAH SEBAB KEKALAHAN

Alloh Ta‘ala berfirman:

“…dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu…”

-
عَنِ اْلحَارِثِ اْلأَشْعَرِيِّ عَنِ النَّبِيِّ n قَالَ: «وَأَنَا آمُرُكُمْ بِخَمْسٍ اَللهُ أَمَرَنِيْ بِهِنَّ: اَلسَّمْعِ، وَالطَّاعَةِ، وَاْلجِهَادِ، وَاْلهِجْرَةِ، وَاْلجَمَاعَةِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ اْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ إِلاَّ أَنْ يُرَاجِعَ وَمَنِ ادَّعَى دَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ فَإِنَّهُ مِنْ جُثَى جَهَنَّمَ فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَإِنْ صَلَّى وَصَامَ؟ قَالَ: «وَإِنْ صَلَّى وَصَامَ ، فَادْعُوْا بِدَعْوَى اللهِ الَّذِي سَمَّاكُمُ اْلمُسْلِمِيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ» رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَحْمَدُ.

23- Dari Harits Al-Asy‘ari, dari Nabi SAW bersabda: “Dan aku perintahkan kepada kalian lima hal yang Alloh perintahkan kepadaku: Mendengar, taat, jihad, hijrah dan jamaah. Karena sesungguhnya siapa yang meninggalkan jamaah sejengkal saja, berarti telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya, kecuali jika ia kembali. Dan barangsiapa menyerukan seruan jahiliyah, maka ia akan termasuk kumpulan penghuni Jahannam.” Kemudian ada seseorang berkata: “Wahai Rosululloh, walau pun ia sholat dan shoum?” beliau menjawab: “Walaupun ia sholat dan shoum. Maka, serukanlah seruan Alloh yang telah menamai kalian orang-orang muslim, orang-orang beriman, hamba-hamba Alloh.” (HR. Tirmizi dan Ahmad)

Qiida: artinya sebatas, sejarak.
Ar-Ribqoh: aslinya adalah ikatan pada tali yang dipasang pada leher atau lengan binatang, kemudian kata ini dipinjam untuk menyebut Islam. Artinya, tali Islam, atau batas-batasnya, atau hukum-hukumnya, yang mengikat diri seorang muslim.
Menyeru dengan seruan jahiliyah: Artinya menyerukan dalam Islam seruan dan sikap fanatisme jahiliyah.
Jutsaa Jahannam: Sesuatu yang dikumpulkan. Diriwayatkan juga dengan lafadz: Jutsiyyi (dengan ya’ tasydid dan jim dhommah) yang merupakan bentuk jamak dari kata Jâtsin, artinya orang yang bersimpuh dengan lututnya.


(12)
BAB: TENTANG SEBAB-SEBAB KEMENANGAN MUJAHIDIN, SIFAT-SIFAT MUJAHIDIN DAN PERINGATAN KEPADA MUJAHIDIN AGAR MENJAUHI DOSA-DOSA

Alloh Ta‘ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling (mundur) di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian dosa yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Alloh telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Alloh Mahapengampun lagi Mahapenyantun.”

Alloh Ta‘ala juga berfirman:

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sesungguhnya Alloh Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Alloh Ta‘ala juga berfirman:

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Alloh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”

Alloh Ta‘ala juga berfirman:

“Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

Alloh Ta‘ala juga berfirman:

“Sesungguhnya Kami benar-benar menolong Rasul-Rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi mereka laknat dan bagi mereka tempat tinggal yang buruk.”

Alloh Ta‘ala juga berfirman:

“Sesungguhnya Alloh pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Alloh benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah perbuatan mungkar; dan kepada Alloh-lah kembali segala urusan.”

Alloh Ta‘ala juga berfirman:

“Sesungguhnya Alloh telah membeli dari orang-orang beriman, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
Mereka berperang pada jalan Alloh; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Alloh di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) Alloh? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat (untuk menuntut ilmu atau berjihad), yang ruku‘, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat munkar, dan yang memelihara hukum-hukum Alloh. Dan gembirakanlah orang-orang beriman itu.”

Alloh Ta‘ala juga berfirman:

“Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap mengibadahi-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”

Para sahabat dulu, tatkala mereka berhasil merealisasikan iman yang sempurna dan amal sholeh yang sempurna, mereka berhasil meraih kekuasaan yang sempurna pula di muka bumi. Ketika iman generasi setelah mereka berkurang, berkurang pula kekuasaan mereka, sebanding dengan berkurangnya iman dan amal sholeh mereka.

Alloh Ta‘ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Alloh sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Alloh dan Rosul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah, sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar.”

Imam Ibnu `l-Qoyyim Rahimahulloh berkata:

“Di sini, Alloh memerintahkan lima hal kepada para mujahidin. Tidaklah kelima hal ini terkumpul dalam sebuah kelompok melainkan kelompok itu pasti menang, walau pun jumlahnya sedikit dan jumlah musuhnya banyak:

Pertama: Keteguhan

Kedua: Banyak mengingat Alloh SWT

Ketiga: Mentaati Alloh dan mentaati Rosul-Nya

Keempat: Persatuan kalimat dan tidak saling berbantah-bantahan, karena itu akan menghantarkan kepada kegentaran dan kelemahan. Berbantah-bantahan ini adalah tentara yang bisa menguatkan musuh dari orang yang saling berbantah-bantahan untuk mengalahkan mereka. Karena dengan bersatu, suatu pasukan seperti seikat anak panah yang tidak seorang pun mampu mematahkannya. Jika anak panah itu dipisah-pisah, musuh akan bisa mematahkannya.

Kelima: Yang merupakan kunci, pilar dan penopang keempat hal di atas, yaitu: Sabar.
Inilah lima dasar terbangunnya kemenangan. Ketika kelima hal ini –atau sebagiannya—hilang, kemenangan pun akan hilang sebanding dengan berkurangnya sebagian darinya. Jika semuanya terkumpul, satu sama lain akan saling menguatkan, sehingga pasukan tersebut akan melahirkan pengaruh besar dalam meraih kemenangan. Ketika kelima hal ini terkumpul dalam diri para shahabat, tidak ada satu pun bangsa di dunia yang mampu menandingi mereka. Mereka taklukkan dunia, bangsa-bangsa serta negeri tunduk kepada mereka. Tatkala generasi sepeninggal mereka berpecah belah dan melemah, terjadilah apa yang terjadi, la haula wa la quwwata illa billaahil ‘Aliyyi `l-‘Adzim; tiada daya dan kekuatan melainkan (dengan) pertolongan Alloh yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

-
عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ n يَقُوْلُ: «اَلْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ» رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَحْمَدُ وَاللَّفْظُ لَهُ

24- Dari Fadholah bin ‘Ubaidillâh berkata: Aku mendengar Rosululloh SAW bersabda: “Mujahid adalah orang yang berjihad melawan dirinya sendiri.” (HR. Tirmizi dan Ahmad, redaksinya milik Ahmad)

-
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو d عَنِ النَّبِيِّ n قَالَ: «اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَاْلمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهِ عَنْهُ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

25- Dan dari ‘Abdulloh bin ‘Umar RA dari Nabi SAW bersabda: “Orang muslim adalah yang orang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya. Dan muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yng meninggalkan apa yang dilarang Alloh.” (Muttafaq ‘Alaih)

-
وَعَنْ مُعَاذٍ بْنِ جَبَلٍ a قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ n: «اَلْغَزْوُ غَزْوَانِ فَأَمَّا مَنِ ابْتَغَى وَجْهَ اللهِ وَأَطَاعَ اْلإِمَامَ وَأَنْفَقَ اْلكَرِيْمَةَ، وَيَاسَرَ الشَّرِيْكَ، وَاجْتَنَبَ اْلفَسَادَ فَإِنَّ نَوْمَهُ وَنَبْهَهُ أَجْرٌ كُلُّهُ، وَأَمَّا مَنْ غَزَا فَخْرًا وَرِيَاءً وَسُمْعَةً وَعَصَى اْلإِمَامَ وَأَفْسَدَ فِي اْلأَرْضِ فَإِنَّهُ لَنْ يَرْجِعَ بِاْلكَفَافِ» رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ.

26- Dan dari Mu‘adz bin Jabal RA berkata: Rosululloh SAW bersabda: “Perang itu ada dua: Adapun orang yang berperang untuk mencari wajah Alloh, mentaati pemimpin, menginfakkan benda yang mahal, mempermudah teman, dan menjauhi kerusakan, maka tidur dan terjaganya bernilai pahala seluruhnya. Adapun orang yang berperang karena rasa bangga, riya dan sum‘ah, membangkang pemimpin dan berbuat kerusakan di muka bumi, maka ia tidak akan kembali dengan kecukupan.” (HR. Abu Dawud)

Anfaqo `l-Karimah: Membelanjakan yang termahal dari semua benda.
Yaasaro `s-Syariik: Mempermudah urusan teman dan memperlakukannya dengan mudah.
Lam yarji‘ bi `l-kafaaf: Ia tidak pulang membawa pahala perang itu atau menanggung hukumannya. Tetapi ia pulang dalam keadaan memikul dosa.

-
وَعَنْ سَهْلٍ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ a أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ n اِلْتَقَى هُوَ وَاْلمُشْرِكُوْنَ فَاقْتَتَلُوْا فَلَمَّا مَالَ رَسُوْلُ اللهِ n إِلىَ عَسْكَرِهِ وَمَالَ اْلآخَرُوْنَ إِلَى عَسْكِرِهِمْ وَفِيْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ n رَجُلٌ لاَ يَدَعُ شَاذَةً وَلاَ فَاذَّةً إِلاَّ اتَّبَعَهَا يَضْرِبُهَا بِسَيْفِهِ، فَقَالُوْا: مَا أَجْزَأَ مِنَّا اْليَوْمَ أَحَدٌ كَمَا أجْزَأَ فُلاَنٌ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ n أَمَّا إِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلقَوْمِ أَنَا صَاحِبُهُ، قَالَ: فَخَرَجَ مَعَهُ كُلَّمَا وَقَفَ وَقَفَ مَعَهُ، وَإِذَا أَسْرَعَ أَسْرَعَ مَعَهُ قَالَ: فَجُرِحَ الرَّجُلُ جَرْحًا شَدِيْدًا، فَاسْتَعْجَلَ اْلمَوْتَ فَوَضَع نَصْلَ سَيْفِهِ بِاْلأَرْضِ وَذُبَابَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَى سَيْفِهِ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَخَرَجَ الرَّجُلُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ n فَقَالَ أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُوْلُ اللهِ، قَالَ: «وَمَا ذَاكَ؟» قَالَ: اَلرَّجُلُ الَّذِيْ ذَكَرْتَ آنِفًا أَنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، فَأَعْظَمَ النَّاسُ ذَلِكَ فَقُلْتُ: أَنَا لَكُمْ بِهِ، فَخَرَجْتُ فِيْ طَلَبِهِ ثُمَّ جُرِحَ جَرْحًا شَدِيْداً فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ فَوَضَعَ نَصْلَ السَّيْفِ فِيْ اْلأَرْضِ، وَذُبَابَهُ بَيْنَ ثَدَيْيِهِ ثُُمَّ تَحَامَلَ عَلَيْهِ فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ n عِنْدَ ذَلِكَ: «إِنَّ الرَّجُلَ يَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ اْلجَنَّةِ فِيْمَا يَبْدُوْ لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أهْلِ النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيْمَا يَبْدُوْ لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ» رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

27- Dan dari Sahl bin Sa‘d As-Sâ‘idî RA, bahwasanya Rosululloh SAW berhadapan dengan pasukan musyrikin kemudian mereka saling serang. Ketika Rosululloh SAW merapat ke pusat pasukannya dan kaum musyrikin juga merapat ke pusat pasukannya, ada seorang lelaki di tengah para sahabat Rosululloh SAW yang tidak berjumpa dengan seorang musuh pun melainkan ia kejar untuk ia tebas dengan pedangnya. Melihat itu para sahabat berkata: “Hari ini tidak ada seorang pun yang bisa menandingi si fulan.” Maka Rosululloh SAW bersabda: “Sungguh ia termasuk penduduk neraka.” Ada seseorang dari mereka yang berkata, “Aku akan mengikutinya.” Maka ia pun pergi mengikutinya, setiap orang itu berhenti ia ikut berhenti. Jika orang itu bergerak cepat, ia ikut bergerak cepat. Tak lama kemudian lelaki itu menderita luka sangat parah, akhirnya ia menyegerakan kematian; ia letakkan gagang pedangnya di tanah sementara ujungnya ia letakkan di antara dua payudaranya. Lalu ia benamkan tubuhnya di atas pedang tersebut. Ia bunuh diri. Melihat kejadian itu, lelaki yang mengikutinya itu pergi menghadap Rosululloh SAW dan berkata: “Aku bersaksi, engkau benar-benar utusan Alloh.” Rosululloh SAW bertanya, “Ada apa?” Ia berkata: “Orang yang tadi Anda sebut sebagai penduduk neraka lalu orang-orang sulit menerimanya. Ketika itu kukatakan aku akan mengintainya untuk kalian. Maka aku pergi mencarinya, setelah itu ia terluka cukup parah lalu menyegerakan kematian. Ia letakkan gagang pedangnya di tanah sementara ujungnya di antara dua payudaranya, setelah itu ia benamkan tubuhnya di atas pedang tersebut, ia bunuh diri.” Rosululloh SAW bersabda: “Sungguh ada orang yang melakukan perbuatan penduduk surga menurut pandangan manusia, padahal sebenarnya ia adalah penduduk neraka. Dan sungguhny ada orang yang melakukan perbuatan penduduk neraka menurut pandangan manusia, padahal sebenarnya ia adalah penduduk surga.” (HR. Bukhori Muslim)

Ibnu Rojab berkata: “Sabda Nabi: …menurut pandangan manusia; menunjukkan bahwa isi hati orang itu berbeda dengan yang dilihat manusia, dan bahwa akhir kehidupan yang buruk terjadi disebabkan adanya “bisikan” dalam hati seorang hamba yang tidak diketahui orang lain berupa amalan buruk atau yang semisal. Bisikan tersembunyi itulah yang menyembabkan datangnya su’u `l-khotimah (akhir kehidupan yang buruk). Sebaliknya, terkadang seseorang melakukan perbuatan ahli neraka tetapi di dalam hatinya ada sifat kebaikan yang tersembunyi, lalu sifat baik itu mendominasi dirinya di akhir hayat sehingga menghantarkannya kepada kematian yang baik (husnul khotimah).”

Asy-Syaadzah: yang keluar dari gerombolan, kata ini disebut dalam bentuk muannats untuk menunjukkan makna nismah (orang).
Atau bisa juga sebagai permisalan orang yang keluar dari barisan seperti domba yang menyendiri. Al-Faadzah sama artinya.
Ada yang berpendapat: Asy-Syaadz artinya yang keluar, sedangkan Al-Faadz artinya yang menyendiri. Makna ungkapan ini: Tidaklah ia menemui siapa pun kecuali ia bunuh.
Dzubaabu `s-Saif adalah ujung bawah (gagang)nya.

Translate