INFO JIHAD

INFO JIHAD 

Jamaah Al-Tawhid wal-Jihad di Filipina meminta bantuan Mujahidin dunia untuk membantu Jihad di Filipina

Hanin Mazaya
Selasa, 29 November 2011 06:43:07
Baru-baru ini, dua video oleh Jamaah Al-Tawhid wal-Jihad, kelompok Filipina diposting di dalam forum Jihad al-Shumukh.  Dalam video pertama yang berdurasi tiga menit, seorang pria yang mengenakan penutup wajah dan mengatakan dirinya Abu Jihad Al-Luzuni, menuduh AS menduduki Filipina, melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap Muslim.  Ia melanjutkan bersumpah setia kepada pemimpin Al Qaeda, Syeikh Ayman az-Zawahiri dan kelompok afiliasi Al Qaeda lainnya.
Dalam rekaman kedua, Abu Abdallah Al-Faris Al-Mulatham menyeru Mujahidin di seluruh dunia untuk secepatnya memberikan bantuan kepada saudara Muslim di Fili[ina, yang ia klaim telah dibunuh dan dirampok oleh penjajah Amerika dan untuk membantu Mujahidin di sana dengan uang, bala bantuan, pengetahuan dan pelatihan.
Abu Abdallah juga bersumpah setia kepada pemimpin jihad di seluruh dunia, pertama dan terutama kepada pemimpin Imarah Islam Afghanistan, Mullah Muhammad Omar dan pemimpin Al Qaeda, Syeikh Ayman az-Zawahiri.  Video ini berdurasi sekitar 11 menit, diproduksi oleh Al-Yarmouk Media.
Berikut ini adalah poin utama dari kedua video.  Video tersebut dirilis sebelum kedatangan Menlu AS Hillary Clinton ke Filipina pada kunjungan resmi yang berlangsung selama beberapa hari :
Abu Jihad Al-Luzini dalam video yang diposting pada 7 November : “Tidak ada jalan untuk mengembalikan Khilafah Islam dan membebaskan tanah kami dari kafirin selain dari jalan Jihad dan pedang yang ditarik untuk jalan Allah”
Membaca tulisan dalam bahasa Arab di selembar kertas yang dipegangnya, Abu Jihad meminta semua ummat Islam dimanapun mereka berada untuk menyatukan upata untuk menjadikan firman Allah sebagai kata tertinggi, sampai kebenaran dan keadilan terungkap dan mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk melakukan ini adalah menerapkan syariah Allah.  Dia menekankan bahwa ummat Muslim saat ini dalam keadaan terhina, di bawah kekuasaan musuh-musuh Islam dan bahwa Muslim harus bekerja sama untuk menyelamatkan ummat dari degradasi dan penindasan.
Berbicara atas nama mujahidin Filipina, Al-Luzuni menyatakan: “Kami, pemuda dari ummat, dari berbagai suku di kepulauan Filipina, cemas untuk menjawab panggilan ilahi ini … dalam rangka untuk menghapus kesedihan dan kemarahan dari hati orang yang memiliki kepercayaan (yaitu Muslim), dan untuk membela kehormatan saudara dan saudari kita yang tertindas, mereka yang tewas dan mereka yang diasingkan dari rumah mereka dan tanah mereka telah dicuri … Kami mendesak Anda untuk membantu kami dan memperlengkapi kami dengan cara jihad demi Allah … karena tidak ada cara untuk mengembalikan kekhalifahan Islam dan kemuliaan Islam, untuk mengusir musuh-musuh Islam, dan untuk membebaskan tanah kita dari sampah kafir lainnya daripada jalan jihad dan pedang terhunus demi Allah.”
Sedangkan Abu Abdullah memulai rekaman videonya dengan menekankan bahwa Filipina merupakan tanah Islam dari zaman dahulu kala, dan bahwa meskipun telah ditaklukkan oleh berbagai penjajah sepanjang sejarah, orang Muslim tidak pernah menyerah kepada mereka. Dia menuduh Amerika – yang telah “menduduki” Filipina selama lebih dari 100 tahun – menyiksa dan Muslim membunuh, dan mencuri tanah mereka serta air dan hingga “ke titik mengubah Muslim menjadi orang-orang termiskin (di Filipina)”. Dia menyeru pada ummat Islam untuk tidak berpangku tangan, tapi untuk bangkit dan membela agama mereka, hidup mereka, kehormatan mereka, dan harta benda mereka.
Abu Abdallah kemudian bersumpah setia kepada seluruh pemimpin Jihad global, mengatakan “Kami menyetakan kesetiaan kami kepada Allah, Rasul-Nya, orang-orang beriman dan imam mereka saat ini seperti Mullah Umar, Syeikh Ayman Az-Zawahiri, Abu Bakr al-Baghdadi al-Quraishi dan amir AQAP, AQIM Mujahidin Al Shabaab di Somalia dan front jihad lainnya”.
Dia mengatakan bahwa ummat Islam akan mengambil dunia ini ketika AS telah kehilangan kekuatan sebagai negara adidaya dunia sebagaimana dibukrikan dengan kekalahan yang mereka alami di Afghanistan.  Dia juga menunjukkan keruntuhan ekonomi AS dan jatuhnya penguasa-penguasa dzolim negara-negara Arab, menambahkan bahwa penguasa Yaman dan Suriah dapat bernasib seperti Moammar Qaddafi.
Abu Abdallah menyimpulkan dengan menghimbau para Mujahidin di seluruh dunia untuk membantu saudara-saudara mereka di Filipina.  “Kami sangat membutuhkan anda untuk mengirimkan kepada kami ahli dalam bahan peledak dan senjata manufaktur seperti saudara kami di Irak dan Afghanistan…atau memberikan kepada kami singa-singa (yaitu Mujahidin) untuk memberikan pelajaran menembak dan baik kami dan Anda akan mendapatkan tempat di dunia yang akan datang, insha Allah”. (haninmazaya/arrahmah.com)



Mencari Senjata ke Mindanao

Jum’at, 24 September 2010,
Yuniawan Wahyu Nugroho, Nezar Patria
VIVAnews–Mau kulakan senjata? Datanglah ke Mindanao. Di wilayah Filipina Selatan inilah para penyelundup senjata asal Indonesia berbelanja. Gampang dapatnya, harganya pun jauh lebih murah.
Pada 2001 misalnya, saat di Indonesia sedang meledak konflik Aceh, harga sepucuk AK 47 ilegal mencapai Rp40 juta. Sementara di Mindanao harganya hanya sekitar Rp5 juta.
Membawanya pun tak sulit. Birokrasi keimigrasian di negeri bertetanga dengan wilayah Sulawesi Utara ini tak begitu rumit. “Dengan rokok Indonesia, dan sejumlah uang Peso kita bisa membawa keluar senjata dari Filipina,” ujar Asep Jaja, seorang anggota Mujahidin Kompak, yang punya pengalaman membeli senjata di sana pada 2001.
Senjata itu diangkut dengan “pamboat” alias kapal laut, dan diselundupkan lewat jalur General Santos-Sangir Talaud-Bitung, Sulawesi Utara.
Kepada VIVAnews, Asep Jaja menuturkan, jalur inilah dimanfaatkan para penyelundup senjata dari Mindanao dulu ke sejumlah wilayah konflik di Indonesia. Misalnya, konflik panas di Ambon dan Poso dulu, membeuat membuat jalur ini begitu hidup. “Mindanao adalah surga senjata,” ujar Asep Jaja, beberapa waktu lalu. Dia sempat mencari senjata di sana untuk kebutuhan para pelaku jihad di Ambon dan Poso.
“Senjata-senjata yang kita pakai di Ambon dan Poso sebagian kita beli dari Mindanao,” ujar Asep alias Aji. Menurutnya di sana lah kelompok jihad asal Indonesia seperti Jamaah Islamiyah (JI), Mujahidin Kompak, Laskar Jundullah, Darul Islam wilayah Banten berbelanja. Bukan hanya dari kelompok putih (sebutan untuk Islam ketika konflik Ambon terjadi), kelompok merah (kelompok Kristen) pun membeli senjata dari Mindanao.
Menurutnya, kelompok merah yang juga disebutnya sebagai kelompok Nasrani ini juga “kulakan” senjata dari Mindanao. “Saya pernah memergoki orang Ambon beragama Nasrani sedang belanja senjata-senjata dari berbagai jenis di General Santos, Filipina. Mereka memakai broker orang General Santos yang beragama Nasrani,” katanya.
Lebih murah
General Santos adalah kota paling selatan di Pulau Mindanao, di satu pulau provinsi paling selatan di Filipina. Mindanao sendiri berpenduduk sekitar 19 juta jiwa, dan 5 juta di antaranya Muslim.
Di Mindanao, berserak banyak jenis senjata. Praktik korup aparat keamanan Filipina membuat perdagangan senjata ilegal mulus. Ditambah lagi warga sipil yang membutuhkan uang, harga senjata pun jadi relatif murah. “Sepucuk M16 buatan Amerika Serikat (AS) bisa dibeli seharga 30 ribu Peso atau sekitar Rp6 juta hingga 45 ribu Peso atau sekitar Rp9 juta, tergantung kondisi senjata. Harga ini sudah termasuk bonus 8 buah magazin dan rompinya, “ ujar Asep.
Sementara untuk harga M16 buatan lokal harganya lebih rendah. Dua tahun lalu, kontributor VIVAnews yang berkunjung ke Mindanao sempat ditawari M 16 made in Filipina seharga 25 ribu Peso, ditambah bonus 8 magazine dan rompi. Sementara itu harga M60 sekitar 60 ribu Peso atau sekitar Rp 12 juta. Itu sudah termasuk 2 buah rantai beserta pelurunya.
Lain lagi AK 47. Harganya lebih murah dibanding M16 buatan AS. Dengan uang sekitar 25 ribu Peso hingga–35 ribu Peso, atau sekitar Rp 5 juta hingga Rp7 juta kita bisa mendapat sepucuk AK 47. “Harganya murah karena amunisinya jauh lebih mahal,” ujar Asep yang kini ditahan di Penjara Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Dia dihukum karena terlibat kasus penyerangan pos Brimob di Loki, Pulau Seram, Ambon, pada 2004.
Sebagai perbandingan, Asep melanjutkan, amunisi M16 seharga 8-10 Peso (sekitar 1.600 sampai Rp 2.000) perbutir sedangkan amunisi AK 47 harganya 70 Peso (atau sekitar Rp 14 ribu) per butir. Tingginya harga disebabkan tak ada perusahaan lokal memproduksi amunisi AK 47. Berbeda dengan M16. Peluru dan senjatanya juga diproduksi oleh perusahaan lokal Filipina.
Lebih jauh Asep menjelaskan, ada jalan tikus membeli senjata dari militer Filipina. Pertama, calon pembeli harus mengontak seorang broker. Imbalannya 500 Peso, atau Rp100 ribu per satu pucuk senjata. Menurutnya kelompok Mujahidin Kompak dan Laskar Jundullah kerap membeli senjata dari pihak militer Filipina. Mereka membeli di daerah General Santos, Panimbang serta Davao. Kelompok JI itu juga membeli langsung dari masyarakat yang sedang membutuhkan uang.
Dus ikan
Asep bercerita, salah satu aktivis jihad yang piawai menyelundupkan senjata adalah Surjadi Masoed alias Umar. Menurut pengakuan aktivis Kompak, dan Laskar Jundullah yang ditangkap pada 2003 di Manado akibat kasus perampokan di Manado dan Bom Makassar pada Desember 2002 kepada polisi, dua orang JI yang ditugaskan mengumpulkan senjata adalah Usamah, anggota JI asal Indonesia yang menetap di Mindanao. Lainnya, adalah almarhum Faturrahman Al Ghozi, yang terlibat kasus Bom Kedutaan Filipina di Jakarta pada Agustus 2000.
Asep juga mengaku membantu membeli senjata bagi kelompok Darul Islam (DI) wilayah Banten pimpinan Jaja alias Akdam alias Pura Sudarma. Jaja alias Akdam ini tewas ditembak di Aceh pada Maret 2010 lalu, karena berlatih militer di hutan Jalin, Jantho, Aceh Besar.
Lantas bagaimana jalur senjata itu masuk ke Indonesia? Dalam video pengakuan Suryadi Masoed kepada Polda Sulawesi Utara yang sempat dilihat wartawan VIVAnews serta dari Berita Acara Pemeriksaan kasus Bom Makassar pada 2002, dia menceritakan begini:
Pada Maret 2000, dia berangkat ke Filipina. Dia berangkat ke sana karena ada permintaan menjemput dua orang aktivis DI Banten. Salah satunya Iwan Darmawan alias Rois, pelaku pemboman Kedutaan Australia pada 2004. Rois saat itu berada di Filipina, dia ikut pelatihan militer. Rois dan temannya terjebak dalam peperangan di Camp Abu Bakar yang diserang oleh tentara Filipina.
Menurut Suryadi, selain menjemput kedua orang itu, dia juga ditugaskan membeli 15 pucuk senjata, masing-masing 1 pucuk AK47, 12 pucuk M16 eks Amerika, dan 2 pucuk senjata M16 buatan lokal Filipina.
Setelah mendapat senjata, pada Agustus 2000 , dia berhasil menemukan Rois dan kawannya, Abdullah. Senjata disimpan lebih dulu di Cotabato. Setelah itu mereka berangkat ke General Santos. Semua senjata dibungkus dalam dus ikan tuna.
Mereka lalu berangkat naik KM Daya Sakti dari General Santos menuju di Bitung. Dengan mudah mereka lolos dari imigrasi Filipina karena Suryadi berhasil menyogok petugas. Aparat keamanan itu diberi uang Peso. Juga rokok Indonesia yang cukup digemari di General Santos.
Di pelabuhan Bitung, Suryadi dan kawan-kawan menenteng dus berisi senjata ke luar dari kapal. Ketika menghadapi pemeriksaan imigrasi, Suryadi bilang ke petugas imigrasi dus itu berisi ikan tuna, sembari menyelipkan uang sebesar Rp3 juta kepada petugas yang memeriksa.
Suryadi dan kawan-kawan pun melewati pemeriksaan imigrasi, tanpa melalui pemeriksaan atas-atas dus senjata itu. Di Bitung, Suryadi berpisah dengan teman-temannya. Dia melanjutkan perjalanan ke Makassar, dengan membawa lima belas senjata itu menggunakan KM Lambelu.
Di Makassar senjata itu kemudian diserahkan kepada Agus Dwikarna, pimpinan Kompak Makassar sekaligus tokoh Laskar Jundullah yang kini ditahan di Filipina. Dari sinilah kemudian senjata itu didistribusikan ke Ambon dan Poso.
Menyerang istana
Belakangan, setelah Suryadi Masoed tertangkap, baik JI maupun Mujahidin Kompak mencari jalur alternatif lainnya. Di antaranya mereka sempat menggunakan jalur General Santos -Bitung-Kepulauan Sanana-Ambon. Senjata dititipkan kepada para nelayan Filipina yang biasa mencari ikan Tuna hingga ke laut di sekitar Maluku dan dijemput di Ambon.
Suryadi Masoed sempat tertangkap. Dia dihukum delapan tahun penjara, dan baru bebas pada 2009. Namun penjara tak membuat dirinya kapok.
Abdullah Sunata, aktivis Kompak, yang terlibat kasus pelatihan terorisme di Aceh, dan Juni lalu tertangkap di Klaten, berhasil membujuk Suryadi untuk pergi ke Mindanao mengambil 21 senjata termasuk pelontar granat.
Namun rencana itu gagal, pada Mei 2010 Suryadi kembali diciduk polisi di Bekasi. Dari pengakuannya ke polisi, dia mengatakan senjata itu akan digunakan untuk menyerang Istana Negara pada 17 Agustus 2010.
Kepada VIVAnews, juru bicara Mabes Polri Irjen Iskandar Hasan membenarkan, senjata ilegal awalnya memang masuk dari Filipna Selatan melalui Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur. Sedangkan dari wilayah barat, melalui Medan dan Aceh.
“Masuknya dari pelabuhan-pelabuhan tikus, bukan pelabuhan resmi. Itu lah jalur yang dijadikan pintu masuk. Setelah masuk langsung menyebar sampai di mana-mana. Nah, itu tempat-tempat yang kita kategorikan menjadi tempat masuknya senjata ilegal,” ujar Iskandar, Kamis 23 September 2010.

" Semoga Allah SWT memberikan  kekuatan dan pertolongan kepada para Mujahidien yang dicintai-Nya,
Allohu Akbar.. Allohu Akbar .. Allohu Akbar ..!!


Pesan Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisiy

Apakah ada saran yang engkau tujukan kepada ummat Islam?
Saya berwasiat kepada mereka dan kepada diri saya agar selalu bertaqwa kepada Allah ta’ala, berpegang teguh dengan dien dan tauhid mereka, memegangnya dengan erat, serta memahami tipu daya yang dilakukan terhadap mereka oleh musuh-musuh mereka dari kalangan pemerintah thaghut yang melecehkan ummat dan mempermainkan kemampuan mereka.
Dan saya berwasiat kepada para pemuda agar kembali kepada agama mereka dan mentabiyyah diri mereka dalam madrasah jihad yang merupakan puncak menara dien ini.
Dan hendaklah mereka mengingat hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Bila kalian jual ‘inah, dan kalian ridla dengan pertanian dan mengikuti ekor-ekor sapi serta meninggalkan jihad, maka Allah ta’ala kuasakan atas kalian kehinaan yang tidak akan Dia angkat sampai kalian kembali kepada dien kalian”
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu Ansharullah” (Ash Shaff: 14)
Dan berupayalah dengan serius untuk nushrah dienillah yang telah ditelantarkan oleh mayoritas manusia, karena sesungguhnya amalan yang paling agung di zaman ini yang mana kekuasaan Islam raib di dalamnya dan negaranya lenyap serta kekuasaan berada di tangan musuh-musuh-Nya… adalah nushrah dien dan tauhid, mendakwahkannya serta berjuang dalam rangka meninggikan dan memenangkannya.
Oleh sebab itu hendaklah mereka menyingsingkan lengan dan bersegera melakukannya…
Itulah peperangan yang barangsiapa absen dari berkecamuknya demi cari selamat, maka ia bakal mengigit jari penyesalan…
Maka hendaklah mereka bergabung dengan kafilah kelompok yang menegakkan dienullah yang telah dikabarkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits mutawatir dimana penjara, nestapa, dan mati di dalam tha’atillah adalah lebih baik daripada hidup yang mana dien dan pemeluknya dihinakan di dalamnya: “Akan senantiasa sekelompok dari ummatku berperang di atas perintah Allah dalam satu riwayat mereka berperang di atas al haq seraya nampak sampai hari kiamat, mereka tidak terusik oleh orang yang menyelisihi mereka dan tidak pula oleh orang yang menggembosi mereka sampai datang hari penentuan, sedang mereka di atas hal itu”
 
Kisah Khalid Al Islambuly, Eksekutor 
Anwar 'Fir'aun' Sadat



Sejarah Islam mengabadikan bahwa Mesir adalah sebuah negeri yang melahirkan Fir'aun. Sebuah nama yang diabadikan Allah untuk mewakili manusia yang mengaku dirinya TUhan. Fir'aun yang terlahir di negeri ini ternyata tidak hanya di zaman nabi Musa 'alaihi salam saja, namun sampai detik inipun Fira'un-Fir'aun baru masih bercokol di pucuk pimpinan Mesir. Allah Maha Adil. Allah melahirkan 'Fir'aun', Allah pun menurunkan 'Musa' sebagai sosok Mujahid yang gagah berani menentang kedzaliman.
Adalah Khalid Islambuly, seorang pemuda gagah berani yang menorehkan sejarah emas perjuangan Islam. 'Azzamnya yang kuat melahirkan sejarah baru pergerakan Islam. Di tangan timnyalah Sadat berhasil di'eksekusi'. Khalid terlahir sebagai anak keempat dari empat bersaudara. Ia terbina dalam keluarga yang ta'at. Menurut keterangan ibunya, Khalid paling menjaga shalat lima waktunya, perwatakannya senantiasa jujur dan amanah. Sejak kecil hatinya senantiasa terbakar mendengar kebengisan Yahudi terhadap kaum Muslimin.
Tahun 1978, Khalid lulus dari akademi militer Mesir. Namun jiwa kemiliterannya tidak membuat luntur 'azzamnya yang kuat dalam memerangi Yahudi. Keterlibatannya dalam sebuah tandzim menghantarkannya kepada pemahaman, bahwa Islam ini bukanlah hanya sekadar shalat dan puasa saja, namun kesempurnaan Islam juga meliputi jihad, pengorbanan, dan tanggung jawab.
Khalid masuk menjadi anggota militer Mesir. Prestasinya cukup gemilang, sehingga menghantarkannya di jajaran elite militer Sadat. Tanggal 6 Oktober merupakan hari yang paling bersejarah bagi Khalid. Hari itu militer Mesir mengadakan sebuah perhelatan akbar berupa devile dan demonstrasi persenjataan. Dalam kesempatan ini, Khalid terpilih menjadi salah satu bagian dari devile itu. Dalam hatinya ia berkata, "Baru kali ini aku dilibatkan dalam momen seperti ini, pastilah Allah memberi hikmah yang besar pada diriku."
Setelah merenung beberapa saat, terdetik dalam hatinya untuk melaksanakan tugas suci; membunuh Sadat. Hatinya sesak melihat kelakuan Sadat yang sudah melewati batas. Sadat telah kafir, meninggalkan hukum Allah, kerja sama dengan Yahudi dalam memerangi kaum Muslimin dan memenjarakan ulama'-ulama' yang mukhlis.
Hari itu cuaca Mesir cukup cerah. Menurut rencana, perhelatan ini akan dihadiri langsung oleh Anwar Sadat. Sudah menjadi peraturan kemiliteran Mesir, bahwa dalam acara seperti ini tak satupun boleh membawa peluru tajam. Namun Khalid dan timnya tidak kehabisan akal, puluhan peluru ia masukkan ke pakaian dalamnya. Khalid berada dalam sebuah barisan pasukan tank yang telah terkondisikan sebelumnya. Setelah keluar dari markas militer, peluru segera ia masukkan ke dalam magazine senjata laras panjangnya.
Tank tepat melewati depan kursi Sadat. Komando dari luar telah berkumandang. Dengan langkah cepat, Khalid segera muncul ke permukaan sembari memberondongkan pelurunya ke arah Sadat. Ketika itu Sadat sedang asyiknya menikmati demonstrasi pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Mesir. Khalid tidak sendiri di sana, ada tim yang ikut menembaki Sadat. Satu peluru tepat menembus leher Sadat. Belum yakin Sadat tewas, dengan tenangnya Khalid turun dari tank dan mengulangi berondongannya ke tubuh Sadat. Tak satupun ada yang melawan, karena peluru tajam hanya di senapan Khalid dan timnya. Beberapa bulan Khalid sempat menjadi buron militer Mesir. Semua taqdir di tangan Allah. Khalid tertangkap dan dipenjarakan di penjara militer Mesir. Sedikitpun tak nampak kesedihan di wajah Khalid. Bahkan tatkala sang ibunda menjenguknya di penjara, Khalid tersenyum sembari mengatakan, "Sungguh aku telah membunuh Fir'aun Mesir Anwar Yahudi, karena ia telah mengingkari Allah, meninggalkan hukum syariat, bekerja sama dengan Yahudi dalam memerangi Islam dan berkhianat terhadap masjidil Aqsha."
Akhirnya Khalid Islambuly dieksekusi Mahkamah Militer Mesir pada tanggal 8 Maret 1982. Tatkala berbajukan merah, baju ekseskusi, Khalid berkata, "Wahai ibuku, bagaimana pendapatmu tentangku?" Ibunya berkata,

"البس جديدا و عش حميدا و مت شهيدا"
" Selamat mengenakan pakaian baru. Hiduplah mulia dan matilah sebagai seorang syuhada'"

sumber: al-murobhituun,mbrz
(last)

Translate