Friday, November 21, 2014


Kisah Perjalanan Hijrah Gadis-Gadis Eropa Menuju Daulah Islamiyyah

Tsarnaev untuk Al-Mustaqbal Channel


Jihad Syam telah mengukir sejarah perjalanan panjang para pejuang melawan kebatilan. Dimana ada banyak kisah dari para perindu surga yang menginginkan hidup di bumi yang penuh berkah, bumi Syam. Mereka adalah orang-orang pilihan untuk ikut dalam peran memperjuangkan agama dan kemanusiaan.
Takjub ketika orang-orang pilihan itu telah melakukan transaksi jual beli dengan Rabb-nya, dan mereka yakin Rabb-nya tidak akan merugikannya sedikitpun. Merekalah para Mujahidin dan Mujahidah, merekalah yang akan memimpin dunia atas izin Allah yang Maha penguasa langit dan bumi.
Akan datang suatu zaman, dimana kaum muslimin menjadi raja-raja dan para penguasa yang dicintai oleh orang-orang yang beriman dan ditakuti serta disegani oleh musuh-musuh Islam dan musuh-musuh kaum muslimin, merekalah mujahidin yang mengorbankan jiwa dan hartanya hanya untuk menggapai keridhoan Rabb-nya.
Kisah Para Wanita Yang Hijrah Ke Daulah Islamiyyah
Bumi Syam, bumi yang dijanjikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadi daya tarik bagi para “wisatawan” mancanegara, tidak hanya untuk laki-laki beriman, namun para wanita shalihah pun ikut menjadi pengukir sejarah perjalanan jihad di bumi Syam.
Sekitar 63 wanita Inggris telah berhasil menapakkan kakinya di medan ribath, masing-masing mereka mempunyai kisah perjalanannya. Mereka adalah wanita pilihan Allah, menjadi pemeran kisah peperangan akhir zaman.
Prancis tercatat sebagai negara yang paling banyak mencetak muhajirin dan muhajirah. Lebih dari 1000 warganya berbondong-bondong menuju Syam, tak ketinggalan para istri dan para wanitanya.
Begitupun Jerman, Belanda, Belgia, Denmark, Austria dan Bosnia disana tercatat banyak mujahidin pemberani yang telah Allah pilih sebagai singa-singa Islam.
Kisah Zahra Halane Dan Saudara Kembarnya
Zahra Halane, seorang gadis berusia 16 tahun, ketika itu dia sedang berpose dengan AK-47, sebuah pisau, dan sebuah granat. Bendera Ar-Rayyah menghiasi dinding dibelakangnya.
Banyak orang yang mengatakan, dia telah menyia-nyiakan hidupnya dengan pergi ke Syam, dia telah mengkhianati masa mudanya. Namun, tekad sudah bulat, dia harus hijrah meninggalkan negerinya yang damai, di Manchester Inggris. Biarlah orang lain berkata apa, namun kecintaannya kepada Rabb-nya lebih besar dibanding kehidupan yang melenakannya di negerinya.
Dia pergi bersama saudara kembarnya, Salma pada tanggal 26 juni 2014. Dua gadis kembar berdarah Somalia pergi meninggalkan keluarganya yang tercinta. Ayahnya meminta mereka untuk pulang, namun mereka mencoba meyakinkan sang ayah agar mengizinkan dia dan Salma untuk menyusul kakak laki-lakinya yang lebih dulu berangkat berjihad.
Tibalah mereka di bumi Syam, tempat berkumpul orang-orang shalih. Bersusah payah mereka menyebrang dari Turki, menempuh setapak demi setapak menuju perbatasan. Alhamdulillah, Mereka menapakkan kakinya di Ibu Kota Daulah Islamiyyah, Raqqah. Kini Zahra masuk ke kesatuan brigade Muslimah Al-Khansaa yang berbasis di Raqqa.
Kisah Persahabatan Samra Kesinovic dan Sabina Selimovic
Austri yang indah, penuh dengan tempat wisata menarik, negara yang ekonominya cukup maju. Dan disana lahir bibit-bibit para pejuang Islam. 14 orang perempuan diketahui telah hijrah ke Daulah Islamiyah. Diantara mereka adalah Samra Kesinovic dan Sabina Selimovic, dua orang gadis cantik berusia 16 tahun.
Dihari yang cerah pada bulan april 2014 dua anak gadis melakukan perjalanan ke Turki secara diam-diam. Disaat itu tidak lagi mereka memikirkan bahaya apa yang menghadang mereka saat diperjalanan. Yang ada hanyalah tekad baja untuk berjuang menapakkan kaki di bumi Syam.
Dua orang yang bersahabat di negara asalnya, dan mereka melanjutkan persahabatan mereka di bumi jihad, Insha Allah mereka akan bersahabat diakhirat kelak.
Samra Kesinovic, yang masih sekolah di Senior High School di Winna tidak disangka akan berangkat ke Suriah bersama sahabatnya. Dia seorang muallaf yang mulai menutup auratnya. Dia pernah diketahui menulis di dinding sekolah dengan kata, “I Love Al-Qaeda”.
Samra telah tergugah hatinya untuk ikut Perang Suci bersama para muhajirah lainnya, karena sejak dia mengerti Islam sejak itu pula dia sangat mencintai jihad. Kini mereka telah menikah dengan mujahidin Daulah Islamiyah, dikabarkan bahwa diantara mereka sudah ada yang hamil, dan Insha Allah akan melahirkan generasi mujahid.
Kisah Aqsa Mahmood, Si Gadis Cantik Yang Meninggalkan Kemewahannya
Tidak disangka seorang wanita yang dahulu memiliki pemikiran liberal dan moderat kini menjadi militan dan menjadi seorang mujahidah. Dia adalah Aqsa Mahmood, seorang gadis berusia 20 tahun asal Skotlandia yang menikah dengan Mujahidin Daulah Islamiyah asal Chechnya.
Aqsaa yang juga dikenal dengan Ummu Laits adalah anak dari seorang pebisnis kaya raya di Glasgow, Skonlandia. Dia meninggalkan kuliah dan karirnya yang cemerlang hanya untuk menempuh perjalanan terjal jihad Syam.
Gadis yang menjadi incaran para lelaki di universitas yang dia jalani tidak membuatnya terlena. Hatinya hanya untuk laki-laki yang memperjuangkan agamanya, dan dia telah menikah dengan pria tampan nan gagah dari salah satu mujahidin Daulah Islamiyyah asal Chechnya.
Gadis belia yang lahir dari keluarga moderat membuat shock keluarganya, mereka tidak menyangka anak gadisnya meninggalkan semua impiannya dan memilih pergi ke Suriah. Dia melakukan perjalanan menuju Turki pada November 2013.
Ibunya yang bernama Khalida Mahmood mengirim pesan untuknya : “Putriku sayang, kembalilah kerumahmu, aku merindukanmu begitu pula dengan saudara-saudaramu sangat merindukanmu…Duhai Putriku, aku mencintaimu.”
Kemudian Aqsaa menjawab,”Tidak ibu, bagiku inilah jalan hidupku, aku rela menjadi martir untuk agamaku. Ibuku yang kucintai, ketahuilah, aku akan membawa kalian ke surga, tunggu aku disana. Pada suatu hari, aku akan melihat kalian di hari penghakiman.”
Kisah Shannon Conley Dan Impiannya Yang Gagal
Berawal dari Colorado, Amerika Serikat muncullah seorang gadis berusia 19 tahun yang bercita-cita menjadi anggota mujahidah Daulah Islamiyyah. Dia sangat menginginkan sisa hidupnya untuk bertempur bersama para mujahidin.
Tidak nampak batang hidung Shannon Conley selama beberapa bulan pada sebuah gereja, kemana gerangan dirinya ? ternyata selama itu Shannon telah masuk Islam dan tekun belajar agama Islam.
Melihat konflik Suriah yang membara, menjadikan Shannon tergugah hatinya untuk berangkat ke medan jihad. Dia sangat memimpikan pergi dan berjuang, setidaknya merawat para korban yang terluka. Shannon juga ingin menikah dengan mujahidin yang kelak bisa mengajarkannya jihad dan mengajarkannya arti perjuangan.
Didorong dengan tekad yang kuat, Shannon mencoba untuk mendaftar akademi militer AS. Dia berharap dengan latihan militer dia bisa menerbangkan pesawat yang suatu hari nanti dia bisa ajarkan kepada para mujahidin. Pada bulan Februari, ia menghadiri sebuah kamp pelatihan kaderisasi Angkatan Darat AS di Texas untuk mempelajari taktik militer AS dan praktek menembak.
Shannon mulai dicurigai, rupanya seorang pendeta membocorkan rahasia Shannon yang hendak berangkat ke Suriah. Di bulan maret, Shannon melakukan perjalanan ke Jerman kemudian hendak menuju Turki. Dan akhirnya di bandara internasional Denver, Jerman, Shannon ditangkap karena ketahuan mencoba melakukan perjalanan ke Suriah.

No comments:

Translate